Unboxing Soulmate - Kumpulan kisah nyata bertemu orang yang salah
Apakah Soulmate (baca: jodoh) itu
benar-benar ada? Kalau memang ada, mengapa banyak pasangan yang tidak bahagia
dengan pernikahannya? Pertanyaan itulah awal dari sumber keresahan dalam menulis
buku ini. Tak disangka mendapat sambutan
hangat dari teman-teman penulis yang (pernah) punya kisah bertemu dengan orang
yang salah.
Tentang
Ide Penulisan
Sekitar
2 tahun lalu, saya sedang duduk di sebuah ruang tunggu Pengadilan Agama yang
penuh sesak dengan pasangan yang ingin segera berpisah dengan pasangannya. Saya
(dan suami) saat itu ikut antre menunggu giliran menjadi saksi dalam
persidangan saudara saya. Sungguh rasanya otak saya ingin berteriak. Kenapa ini
semua terjadi? Sekitar ratusan orang yang kelihatan masih usia produktif. Ya mungkin
sekitar 25 sampai 35 tahun. Sungguh usia pernikahan yang masih seumur jagung,
bukan? Memang ada yang bilang pernikahan 5 tahun pertama adalah usia pernikahan
yang sangat rawan perpisahan.
Dari
situlah saya berpikir berhari-hari, mengapa mereka sampai berpisah. Ada masalah
apa sebenarnya? Apakah benar sudah tak ada lagi rasa cinta dan sayang? Apakah
cinta itu bisa seperti makanan, kalau sudah habis, bisa beli lagi? Ya tentu
saja ada masalah yang sangat berat yang menyebabkan mereka memutuskan berpisah.
Sudah tidak ingat lagi bagaimana kisah cinta mereka yang super romantis, sudah
lupa berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk pesta pernikahan tiga hari
tiga malam, bahkan ada yang sampai tujuh hari berturut-turut. Lalu apa yang
mereka dapatkan? Pengorbanan yang luar biasa itu, habis dalam waktu beberapa
tahun saja. Apa makna ini semua? Mengapa pernikahan hanya membuat banyak kekecewaan,
kesakitan, trauma bahkan kerusakan mental dan keluarga?
Tujuan Penulisan
Sebenarnya
tidak muluk-muluk keinginan dan tujuan menulis buku ini. Kumpulan kisah nyata
yang (harapannya) semoga bisa menjadi hikmah bagi para pembaca, baik yang belum
menikah atau yang sudah menikah. Yang belum menikah supaya bisa mengambil
pelajaran dan wacana tentang dunia relationship yang semakin kompleks
saja.
Selain
itu, bagi penulis, buku ini menjadi sarana untuk belajar menuangkan ide dan
pikiran menjadi satu bentuk naskah kreatif yang bermanfaat untuk penulisi
(karena 90 persen adalah kisah nyata penulisnya sendiri). Sebab menulis
kisahnya sendiri, bisa untuk self healing-memafkan segala kisah lama
untuk melangkah ke depan dengan lebih baik. Juga yang pasti bermanfaat untuk
pembaca. Jadinya seperti membaca curhatan? Iya, membaca curhat teman baik, yang
pada akhirnya kita tahu, kesedihan bisa lega dan terkikis setelah kita berbagi
kepada orang lain. Kesedihan akan berubah menjadi bahagia saat kita bisa bebas
menceritakan segala beban, bukan?
Tentang Penulis
Ada
17 penulis yang ikut berpartisipasi dalam penulisan buku Unboxing Soulmate.
Sekali lagi saya ucapkan terima kasih. Tak disangka teman-teman sangat antusias.
Bahkan ada satu cowok yang juga ikut menulis di buku ini. Bravo! Karena dari
awal memang saya tak mengkhususkan perempuan saja yang boleh ikutan project
ini. Lalu, daripada ganjil, saya genapkan saja menjadi 20 cerpen kisah nyata. Benar,
semua kisah di buku ini 100 persen kisah nyata. Ada nara sumber yang bersedia
bercerita semua detail kenangan yang mereka alami. Dan tak disangka hampir
semua adalah kisah nyata penulis sendiri. Kok bisa? Saya tak habis pikir mereka
berani menuliskan kisahnya sendiri. Yup! Tujuan teman-teman penulis memang
berbagi kisah supaya pembaca bisa mengambil manfaat positif, supaya tidak akan
terjadi lagi kisah-kisah semacam itu. Bukan buruk sangka ya, tapi hanya
waspada. Supaya tidak terjadi lagi kebodohan-kebodohan berulang.
Tentang Judul Buku
Bukankah
“Unboxing” adalah istilah untuk membuka suatu barang atau benda yang
masih tertutup? Yup, tapi jangan salah sangka dulu. Soulmate memang
bukan suatu barang, tapi sesuatu yang
bernyawa dan punya hati.
Unboxing
Soulmate- saya artikan sendiri (boleh dong), ketika kita membuka dan
membongkar karakter asli pasangan kita (setelah menikah). Sedetik setelah ijab kabul,
kita akan menemukan watak asli dari pasangan. Surprise! Karena pacaran bertahun-tahun
tak menjamin kita memahami betul watak pasangan kita. Lalu apa yang terjadi? Taraaaa!
Welcome to the jungle! Selamat Unboxing Soulmate! Silakan menikmati
pasangan masing-masing. Seperti gambling, bukan? Seperti melempar koin ke
udara. Ada yang mendapakan gambar, ada yang mendapat angka. Ada yang bahagia,
ada yang kecewa. Tak ada yang bisa menyesali takdir yang sudah terjadi.
Buku ini untuk kebijaksanaan hidup
Hidup
memang bukan perkara mau nikah atau tidak. Masalah menghadapi cemooh perawan atau
perjaka tua di lingkungan kita. Bukan selalu perkara pertanyaan ajaib “kapan
nikah?” Hidup bukan saja untuk memenuhi kebutuhan dasar seksual manusia. Tapi
lebih dari itu. Hidup itu perkara memilih. Memilih apa yang menjadi prioritas
kita. Apakah memang membangun keluarga adalah segalanya? Apakah membangun karir
adalah yang utama, juga apakah harus mewujudkan mimpi-mimpi kita sejak lama?
Menurut
saya pribadi, sebelum memutuskan untuk menikah (sebagai perempuan), harus tahu
dulu apa yang menjadi cita-cita dan impian kita. Tentu saja dibicarakan bersama
pasangan untuk saling dukung apa keinginan kita. Karena bisa saja setelah
menikah ternyata pasangan tidak mendukung apa yang kita impikan. Aneh? Tidak
juga. Seiring dengan berjalannya waktu ada banyak hal yang membuat pasangan
akan berubah pikiran. Inilah yang sering menjadi konflik dalam rumah tangga.
Tidak bisa ditemukan jalan keluar untuk masalah-masalah yang muncul.
Akhirnya,
yang terjadi adalah komunikasi menjadi macet. Padahal masalah komunikasi adalah
kunci utama dari semua masalah yang ada. Kalau komunikasi sudah buruk, akan menjalar
ke masalah-masalah yang lain. Bukan saya sok tahu dan ahli dalam masalah “Soulmate”
ya, tapi saya sekedar berbagi (sedikit sekali) yang saya tahu, karena usia
pernikahan saya juga masih 16 tahun. Doakan terus langgeng ya, Pembaca yang
baik.
Komunikasi
antar pasangan adalah hal yang harus dijaga benar-benar. Istilahnya yang nomor
satu dalam relationship. Komunikasi harus dimulai dari awal taaruf sebelum
menikah, dibicarakan semua dengan
detail. Misalnya bagaimana prinsip nikah, membangun rumah tangga, ingin punya
anak berapa, bagaimana pola pendidikan anak nantinya, bagaimana prinsip poligami,
apakah nanti istri boleh bekerja di luar rumah setelah nikah, bagaimana pola
mengatur keuangan keluarga (siapa yang pegang duit), siapa yang bagian
membersihkan rumah, dan berjuta pola kehidupan rumah tangga yang lain. Semua
itu harus dibicarakan sebelum nikah. HAH? Ribet amat sebelum nikah? Ya emang,
harus banyak ngobrol masalah penting itu. Jangan membicarakan masalah prinsip-prinsip
itu setelah nikah! Sudah telat, Maaak! Sudah nikah beberapa tahun, baru suami
ngajak diskusi tentang poligami karena mau nikah lagi. Dhueenggg!! Lha
sebelum nikah tak ada diskusi sama sekali? Jadinya sudah telat diskusinya. Yang
ada emosi dan emosi- akhirnya berpisah.
Itu
dia salah satu contoh PENTINGNYA KOMUNIKASI sebelum menikah. Ini untuk yang
belum nikah ya, kalau pacaran jangan hanya ngobrol tentang kafe yang keren, makan
bareng, trend music, film box office di bioskop, belanja online, dan jalan-jalan
ke mall. Tapi juga bicarakan masalah prinsip-prinsip yang sudah saya tulis di
atas. Kelihatannya menyebalkan ya diskusi poligami, istri boleh kerja atau tidak,
tapi suka atau tidak, itu HARUS dibicarakan (meskipun belum nikah), daripada
runyam di belakang hari. Karena itu jadi satu ukuran, sejauh mana seorang
laki-laki mau serius memikirkan pernikahan. Jangan terlambat membicarakan
masalah yang penting tersebut. “Masa belum nikah sudah ngomongin anak?” Justru
itu penting untuk persiapan mental. Setelah nikah baru diskusi panjang mau
punya anak berapa? Si istri ingin 2 saja. Ternyata suami ingin 4. Nah, lho.
Jelas si istri ngedumel, nggak ikhlas, mengeluh dan akhirnya bisa ada kemarahan
yang terpendam. Itu salah satu contoh saja. Belum lagi masalah keuangan yang
menjadi sumber masalah terbesar juga. Istri ingin semua gaji harus diserahkan
padanya. Suaminya tidak setuju. Dan bla..bla… blaaa…Apa yang terjadi
berikutnya? Kemarahan kecil yang menggunung dan akan meledak pada saatnya
nanti.
Yuk,
lebih bijak memilih pasangan. Atau lebih lengkapnya, lebih bijak memilih
pasangan yang komunikatif, enak diajak ngobrol tentang apa saja. Dan semua
pasangan akan langgeng dan bahagia dengan pilihan masing-masing. SEMOGA.
Let’s
UNBOXING SOULMATE. Your Truly Soulmate .
Selamat
membaca.
Hujan
tengah hari, akhir 2020.
Buku yang menarik dan menginspirasi
BalasHapusYeay! terima kasih bunda...semangat terus yaa
HapusBuku yang menarik dan menginspirasi
BalasHapusYey! terima kasih bunda. Semangat terus ya
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus