Unboxing Soulmate - Kumpulan kisah nyata bertemu orang yang salah

Januari 01, 2021

 

Apakah Soulmate (baca: jodoh) itu benar-benar ada? Kalau memang ada, mengapa banyak pasangan yang tidak bahagia dengan pernikahannya? Pertanyaan itulah awal dari sumber keresahan dalam menulis buku ini.  Tak disangka mendapat sambutan hangat dari teman-teman penulis yang (pernah) punya kisah bertemu dengan orang yang salah.  

Masa Pre Order kemarin


 Tentang Ide Penulisan

            Sekitar 2 tahun lalu, saya sedang duduk di sebuah ruang tunggu Pengadilan Agama yang penuh sesak dengan pasangan yang ingin segera berpisah dengan pasangannya. Saya (dan suami) saat itu ikut antre menunggu giliran menjadi saksi dalam persidangan saudara saya. Sungguh rasanya otak saya ingin berteriak. Kenapa ini semua terjadi? Sekitar ratusan orang yang kelihatan masih usia produktif. Ya mungkin sekitar 25 sampai 35 tahun. Sungguh usia pernikahan yang masih seumur jagung, bukan? Memang ada yang bilang pernikahan 5 tahun pertama adalah usia pernikahan yang sangat rawan perpisahan.

            Dari situlah saya berpikir berhari-hari, mengapa mereka sampai berpisah. Ada masalah apa sebenarnya? Apakah benar sudah tak ada lagi rasa cinta dan sayang? Apakah cinta itu bisa seperti makanan, kalau sudah habis, bisa beli lagi? Ya tentu saja ada masalah yang sangat berat yang menyebabkan mereka memutuskan berpisah. Sudah tidak ingat lagi bagaimana kisah cinta mereka yang super romantis, sudah lupa berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk pesta pernikahan tiga hari tiga malam, bahkan ada yang sampai tujuh hari berturut-turut. Lalu apa yang mereka dapatkan? Pengorbanan yang luar biasa itu, habis dalam waktu beberapa tahun saja. Apa makna ini semua? Mengapa pernikahan hanya membuat banyak kekecewaan, kesakitan, trauma bahkan kerusakan mental dan keluarga?

Tujuan Penulisan

            Sebenarnya tidak muluk-muluk keinginan dan tujuan menulis buku ini. Kumpulan kisah nyata yang (harapannya) semoga bisa menjadi hikmah bagi para pembaca, baik yang belum menikah atau yang sudah menikah. Yang belum menikah supaya bisa mengambil pelajaran dan wacana tentang dunia relationship yang semakin kompleks saja.

            Selain itu, bagi penulis, buku ini menjadi sarana untuk belajar menuangkan ide dan pikiran menjadi satu bentuk naskah kreatif yang bermanfaat untuk penulisi (karena 90 persen adalah kisah nyata penulisnya sendiri). Sebab menulis kisahnya sendiri, bisa untuk self healing-memafkan segala kisah lama untuk melangkah ke depan dengan lebih baik. Juga yang pasti bermanfaat untuk pembaca. Jadinya seperti membaca curhatan? Iya, membaca curhat teman baik, yang pada akhirnya kita tahu, kesedihan bisa lega dan terkikis setelah kita berbagi kepada orang lain. Kesedihan akan berubah menjadi bahagia saat kita bisa bebas menceritakan segala beban, bukan?

           

Tentang Penulis

            Ada 17 penulis yang ikut berpartisipasi dalam penulisan buku Unboxing Soulmate. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih. Tak disangka teman-teman sangat antusias. Bahkan ada satu cowok yang juga ikut menulis di buku ini. Bravo! Karena dari awal memang saya tak mengkhususkan perempuan saja yang boleh ikutan project ini. Lalu, daripada ganjil, saya genapkan saja menjadi 20 cerpen kisah nyata. Benar, semua kisah di buku ini 100 persen kisah nyata. Ada nara sumber yang bersedia bercerita semua detail kenangan yang mereka alami. Dan tak disangka hampir semua adalah kisah nyata penulis sendiri. Kok bisa? Saya tak habis pikir mereka berani menuliskan kisahnya sendiri. Yup! Tujuan teman-teman penulis memang berbagi kisah supaya pembaca bisa mengambil manfaat positif, supaya tidak akan terjadi lagi kisah-kisah semacam itu. Bukan buruk sangka ya, tapi hanya waspada. Supaya tidak terjadi lagi kebodohan-kebodohan berulang.

 

Tentang Judul Buku

            Bukankah “Unboxing” adalah istilah untuk membuka suatu barang atau benda yang masih tertutup? Yup, tapi jangan salah sangka dulu. Soulmate memang bukan suatu barang,  tapi sesuatu yang bernyawa dan punya hati.

            Unboxing Soulmate- saya artikan sendiri (boleh dong), ketika kita membuka dan membongkar karakter asli pasangan kita (setelah menikah). Sedetik setelah ijab kabul, kita akan menemukan watak asli dari pasangan. Surprise! Karena pacaran bertahun-tahun tak menjamin kita memahami betul watak pasangan kita. Lalu apa yang terjadi? Taraaaa! Welcome to the jungle! Selamat Unboxing Soulmate! Silakan menikmati pasangan masing-masing. Seperti gambling, bukan? Seperti melempar koin ke udara. Ada yang mendapakan gambar, ada yang mendapat angka. Ada yang bahagia, ada yang kecewa. Tak ada yang bisa menyesali takdir yang sudah terjadi.  

 


Buku ini untuk kebijaksanaan hidup

            Hidup memang bukan perkara mau nikah atau tidak. Masalah menghadapi cemooh perawan atau perjaka tua di lingkungan kita. Bukan selalu perkara pertanyaan ajaib “kapan nikah?” Hidup bukan saja untuk memenuhi kebutuhan dasar seksual manusia. Tapi lebih dari itu. Hidup itu perkara memilih. Memilih apa yang menjadi prioritas kita. Apakah memang membangun keluarga adalah segalanya? Apakah membangun karir adalah yang utama, juga apakah harus mewujudkan mimpi-mimpi kita sejak lama?

            Menurut saya pribadi, sebelum memutuskan untuk menikah (sebagai perempuan), harus tahu dulu apa yang menjadi cita-cita dan impian kita. Tentu saja dibicarakan bersama pasangan untuk saling dukung apa keinginan kita. Karena bisa saja setelah menikah ternyata pasangan tidak mendukung apa yang kita impikan. Aneh? Tidak juga. Seiring dengan berjalannya waktu ada banyak hal yang membuat pasangan akan berubah pikiran. Inilah yang sering menjadi konflik dalam rumah tangga. Tidak bisa ditemukan jalan keluar untuk masalah-masalah yang muncul.  

            Akhirnya, yang terjadi adalah komunikasi menjadi macet. Padahal masalah komunikasi adalah kunci utama dari semua masalah yang ada. Kalau komunikasi sudah buruk, akan menjalar ke masalah-masalah yang lain. Bukan saya sok tahu dan ahli dalam masalah “Soulmate” ya, tapi saya sekedar berbagi (sedikit sekali) yang saya tahu, karena usia pernikahan saya juga masih 16 tahun. Doakan terus langgeng ya, Pembaca yang baik.



            Komunikasi antar pasangan adalah hal yang harus dijaga benar-benar. Istilahnya yang nomor satu dalam relationship. Komunikasi  harus dimulai dari awal taaruf sebelum menikah,  dibicarakan semua dengan detail. Misalnya bagaimana prinsip nikah, membangun rumah tangga, ingin punya anak berapa, bagaimana pola pendidikan anak nantinya, bagaimana prinsip poligami, apakah nanti istri boleh bekerja di luar rumah setelah nikah, bagaimana pola mengatur keuangan keluarga (siapa yang pegang duit), siapa yang bagian membersihkan rumah, dan berjuta pola kehidupan rumah tangga yang lain. Semua itu harus dibicarakan sebelum nikah. HAH? Ribet amat sebelum nikah? Ya emang, harus banyak ngobrol masalah penting itu. Jangan membicarakan masalah prinsip-prinsip itu setelah nikah! Sudah telat, Maaak! Sudah nikah beberapa tahun, baru suami ngajak diskusi tentang poligami karena mau nikah lagi. Dhueenggg!! Lha sebelum nikah tak ada diskusi sama sekali? Jadinya sudah telat diskusinya. Yang ada emosi dan emosi- akhirnya berpisah.

            Itu dia salah satu contoh PENTINGNYA KOMUNIKASI sebelum menikah. Ini untuk yang belum nikah ya, kalau pacaran jangan hanya ngobrol tentang kafe yang keren, makan bareng, trend music, film box office di bioskop, belanja online, dan jalan-jalan ke mall. Tapi juga bicarakan masalah prinsip-prinsip yang sudah saya tulis di atas. Kelihatannya menyebalkan ya diskusi poligami, istri boleh kerja atau tidak, tapi suka atau tidak, itu HARUS dibicarakan (meskipun belum nikah), daripada runyam di belakang hari. Karena itu jadi satu ukuran, sejauh mana seorang laki-laki mau serius memikirkan pernikahan. Jangan terlambat membicarakan masalah yang penting tersebut. “Masa belum nikah sudah ngomongin anak?” Justru itu penting untuk persiapan mental. Setelah nikah baru diskusi panjang mau punya anak berapa? Si istri ingin 2 saja. Ternyata suami ingin 4. Nah, lho. Jelas si istri ngedumel, nggak ikhlas, mengeluh dan akhirnya bisa ada kemarahan yang terpendam. Itu salah satu contoh saja. Belum lagi masalah keuangan yang menjadi sumber masalah terbesar juga. Istri ingin semua gaji harus diserahkan padanya. Suaminya tidak setuju. Dan bla..bla… blaaa…Apa yang terjadi berikutnya? Kemarahan kecil yang menggunung dan akan meledak pada saatnya nanti.

            Yuk, lebih bijak memilih pasangan. Atau lebih lengkapnya, lebih bijak memilih pasangan yang komunikatif, enak diajak ngobrol tentang apa saja. Dan semua pasangan akan langgeng dan bahagia dengan pilihan masing-masing. SEMOGA.

            Let’s UNBOXING SOULMATE. Your Truly Soulmate .

            Selamat membaca.

            Hujan tengah hari, akhir 2020.     

5 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.