Review Film Imperfect : Cerdasnya seorang Ernest Prakasa mengulik ide dari buku istrinya.


            Tema insecurities (tidak percaya diri) , sebenarnya sudah sering diangkat di film-film luar. Tapi di perfilman kita masih jarang. Dan Ernest Prakasa sebagai penulis skenario dan sutradara berhasil memberikan tontonan yang menghibur meskipun mengangkat tema yang lumayan berat. Film ini terasa relate sama penonton, karena banyak orang merasa tidak pede pada bentuk tubuh sendiri, pernah merasakan bullying, atau mungkin punya masalah yang menyebabkan merasa bersalah pada dirinya sendiri. Imperfect mengangkat tema yang sungguh perfect. 

Foto : Gramedia Digital

                Dua karakter utama yang ada dalam film ini pas banget memerankan Rara (Jessica Mila) dan Dika (Reza Rahadian). Mereka memerankan karakter tersebut dengan baik. Terasa chemistrinya sebagai sepasang kekasih. Rara yang merasa tidak pede dengan kegemukannya, sedangkan Dika yang muncul dengan kesempurnaan seorang cowok. Pusat semesta dari film ini adalah konflik seorang Rara, yang tidak memenuhi “beauty standart” kata orang-orang. Pertanyaannya, apakah memang seorang perempuan itu kecantikannya harus sama? Harus putih, langsing, rambut lurus dan hidung mancung? Sungguh keterlaluan standart cantik semacam itu. Salah satunya Rara yang menjadi korban, dia ikut  gen papanya yang gemuk, kulit coklat dan berambut keriting. Dari sinilah konflik dimulai. Sedangkan adiknya ikut gen mamanya yang langsing, putih, karena memang mantan model era 90-an.
               Yang paling menarik dari film ini adalah adanya beberapa kelompok karakter yang diangkat untuk mendukung jalan cerita. Selain keluarga Rara, ada geng anak kosan yang mewakili karakter cewek-cewek yang galau dengan penampilannya. Adegan mereka berkomedi, keren banget karena memang ini film drama komedi ya. Ada juga kelompok teman kerja Rara yang suka melakukan body shaming, karena merasa penampilannya sempurna. Masih kurang lengkap menurut Ernest kalau tidak ada kelompok Ibu-Ibu sosialita teman mamanya Rara yang juga sering mengomentari penampilan Rara. Bisa dibayangkan berapa banyak pemain dalam film ini. Seabrek. Tapi yang paling enggak banget adalah geng preman kampung Uus dan kawan-kawan. Selain terasa hanya sebagai tempelan, karakter mereka kurang mendukung film ini. Maksudnya, meskipun tidak ada mereka juga tidak mengubah jalan cerita.
                Konflik utama dari film ini adalah Rara berseteru dengan teman kerjanya- Marsha (Clara Bernadeth) di perusahaan kosmetik yang membuat dia semakin tidak pede, karena memaksa Rara harus mengubah penampilannya. Saya pribadi agak sedikit kecewa karena puncak konfliknya “segini aja nih”? Meskipun konflik terasa kurang nendang, tapi tak masalah, untungnya tertutupi adanya scene-scene komedi gerombolan anak kosan, dan tentu saja endingnya yang smooth tak terlupakan bikin haru, meskipun nggak sampai bikin nangis termehek-mehek.
               Satu lagi yang ingin saya acungi jempol adalah soundtrack dari film Imperfect yang liriknya menggelitik, lagu yang berjudul “Pelukku Untuk Pelikmu”. Bagiku kau tetap yang terbaik, meski beratmu turun atau naik… Karya Fiersa Besari yang patut diapresiasi. Salut! Pas banget sama tagline dari film ini : UBAH INSEKYUR JADI BERSYUKUR.
              



               
               
               


  
               



Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.