Trend Serunya Dijodohkan VS Malas Patah Hati
Sebagai
salah satu pengamat trend film dan novel (baca: sok-sokan mengamati trend),
saya merasa sedikit aneh. Melihat gelagat yang bertolak belakang dengan
beberapa tahun silam. Kalau trend film dan novel jaman dulu, kita tahu banyak
kisah romansa perjodohan yang menyakitkan macam Siti Nurbaya dan Tenggelamnya
Kapal Vander Wicjk. Kisah dua orang yang tak saling kenal yang berujung tak
baik karena ternyata punya niat yang berbeda. Itu sungguh pengaruh buruk
tentang perjodohan yang sangat melekat di ingatan saya. Membuat saya
wanti-wanti pada diri sendiri jangan sampai saya dijodoh-jodohkan seperti Siti
Nurbaya. Amit-amit! Karena perempuan punya hak untuk memilih pasangan toh?
Tapi, apakah memang semudah itu pekerjaan pilih memilih pasangan hidup? Oh,
tentu tidak semudah membalikkan badan. Dan fakta yang tidak manis bahwa
perempuan yang memilih sendiri pasangan hidupnya tidak selalu hidupnya akan
bahagia. Jadi tak ada jaminan sama sekali bahwa hidup berumah tangga akan
bahagia kalau milih sendiri. Bahkan fakta yang lain, Mbah Buyut kita dulu,
banyak melakukan perjodohan tapi pernikahannya baik-baik saja sampai maut
memisahkan. Malah ada yang pacaran sampai 8 tahun, akhirnya cerai dalam
hitungan tahun bahkan hitungan bulan. Kampret banget kan?
Foto : Shetnic |
Trend Perjodohan
Jujur saya kaget, kok bisa ada trend
perjodohan yang menarik untuk diikuti dalam novel dan film. Salah satunya yang
baru-baru ini tayang adalah film Wedding
Agreement yang dibintangi sama Refal Hady dan Indah Permatasari. Kisahnya
sangat menggelitik yang awalnya rilis di Wattpad dengan pembaca 9,3 juta yang
ditulis oleh Mia Chuz. Kisahnya sangat masuk akal dan membuat para pembaca
yakin bahwa perjodohan itu tidak apa-apa. Perjodohan tidak selalu buruk.
Benarkah? Ternyata setelah saya cek lagi, memang benar banyak sekali novel yang
mengangkat masalah perjodohan ini. Hasilnya, memang perjodohan tak selalu
menyakitkan, meskipun ada beberapa pengorbanan juga yang harus dilakukan untuk
menumbuhkan cinta. Ciee....
Setelah saya baca beberapa novel
tentang perjodohan, ada beberapa sebab yang masuk akal yang mengakibatkan
seseorang terpaksa masuk dalam lingkaran perjodohan. Dan kesimpulan yang bisa
saya ambil adalah kalau dua orang punya niat serius yang sama, semua akan
menjadi seru dan menegangkan, meski awalnya awkward
moment, konyol, jengkel dan terasa aneh, shok dengan kebiasaan-kebiasaan
ajaib, tapi justru itulah yang menimbulkan empati dan menghargai orang lain
yang bisa menumbuhkan benih-benih cinta. Witing
tresna jalaran soko kulino, orang Jawa bilang begitu. Dan peribahasa itu
masih tetap tokcer tak lekang oleh waktu. Apalagi agama yang saya anut juga
mengajarkan ta’aruf. Mengenal calon pasangan tanpa pacaran.
Malas patah hati?
Tren perjodohan memang menarik untuk
diikuti dalam film dan novel. Tapi benarkah juga menjadi trend di dunia nyata?
Akhirnya saya melakukan riset kecil-kecilan khusus untuk cewek saja yang belum
menikah. Ada 15 cewek yang saya tanya. Hasilnya, 12 orang setuju berkenalan
dengan cowok yang dijodohkan dengannya, 2 orang menolak dan 1 orang no comment. Luar biasa, bukan? Mereka
yang setuju, berpendapat tak ada salahnya berkenalan dengan lelaki yang baik,
cakep wajahnya dan cakep pekerjaannya. Tinggal mengenal kepribadiannya seperti
apa. Tinggal mencari kecocokan saja.
Cewek yang mau dijodohkan, bisa jadi
karena sudah sering patah hati. Itu membuat capek fisik dan psikis. Akibatnya malas untuk cari jodoh
berkenalan dengan orang baru, ketemu mak
comblang, melakukan blind date,
atau malah dating online. Mengawali
sesuatu sudah malas duluan yang berkaitan dengan mengenal seseorang. Say hello lagi, tanya pekerjaan, tanya
alamat, tanya hobby, tanya makanan
kesukaan, itu rutinitas yang membosankan, lalu patah hati lagi, sakit lagi. Oh My God, help me, please...!
Jadilah
para anggota Komunitas Jomblo, menyerah dengan keadaan. Pasrah. Tapi bukan
putus asa lho. Mereka berada di titik kebosanan yang membuat mereka berdiam
saja menunggu pasangan hidup datang dari langit. Lalu, mereka akan dengan
senang hati menerima ketika ada orangtua atau orang-orang terdekat yang
mengenalkan mereka pada sosok orang baru yang “menarik juga” untuk didekati.
Dan siapa tahu memang berjodoh. Tak ada yang tahu kan?
Tidak ada komentar: